Mini Riset Profesi Pendidikan: Contoh Mini Riset


                                                          MINI RISET                 
BUDAYA SEKOLAH DAN MOTIVASI GURU
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................... iii
Ringkasan..................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ................................................................ 1

BAB II KERANGKA PIKIRAN.................................................... 2

BAB III METODE PENELITIAN.................................................. 4

BAB IVPEMBAHASAN............................................................... 5

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................... 7

DAFTAR PUSTAKA








RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya sekolah SMA Negeri 14 Medan. Penelitian ini menggunakan metode analitik deskripsi kuantitatif. Sampel yang digunakan adalah guru SMA Negeri 14 Medan yang mengajar di kelas X IPS 3. Analisis menggunakan pengamatan yang dilihat. Hasil penelitian menunjukkan masih banyak seorang siswa yang memiliki sifat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekolah bahkan untuk berbicara kepada gurunya masih ada yang berbicara tidak sopan peserta didik tersebut seolah-olah sedang dengan temannya. Maka dari itu budaya sekolah sangat mempengaruhi dan juga motivasi guru.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari. Budaya sekolah dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf aministrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Sekolah menjadi wadah utama dalam transmisi kultural antar generasi.
Untuk menciptakan kultur sekolah yang positif dibutuhkan adanya kesadaran dan motivasi  terutama dari diri masing-masing warga sekolah. Guru sebagai ujung tombak di lapangan harus mampu memberikan motivasi dan inspirasi bagi siswa khususnya. Kebiasaan guru yang datang tepat waktu dan melaksanakan tugas mengajar dengan baik, sikap dan cara berbicara saat berkomunikasi dengan siswa dan unsur sekolah lainnya, disiplin dalam melaksanakan tugas merupakan kebiasaan, nilai dan teladan yang harus senantiasa dijaga dalam kehidupan sekolah. Agar kebiasaan-kebiasaan positif tersebut terpelihara dan mendarah daging dalam diri seluruh warga sekolah yang selanjutnya diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, dibutuhkan adanya  rasa memiliki  terhadap sekolah.
1.2  Tujuan dan Manfaat
1.2.1       Tujuan
Mengetahui budaya sekolah SMA Negeri 14 Medan.
1.2.2        Manfaat
Untuk meningkatkan mutu sekolah SMA Negeri 14 Medan.



BAB II
KERANGKA PIKIRAN

Sekolah sebagai pranata sosial akan menciptakan budaya-budaya yang berlaku di sekolah yang lebih dikenal dengan budaya sekolah. Pembentukan, pengembangan dan pemeliharaan nailai-nilai budaya sekolah amatlah penting. Budaya sekolah berpengaruh tidak hanya pada kegiatan warga sekolah, tetapi juga motivasi dan semangatnya. Dalam konsep sekolah, budaya sekolah sering disebut sebagai sua-sana sekolah, dimaknai sebagai bagaimana warga sekolah berpikir dan bertindak
Menurut Kisyani laksono suatu budaya sekolah yang kondusif akan membabawa manfaat: Pertama, secara produktif mampu memberikan bagi bertumbuhkembangnya: 1) keimanan dan ketak-waan peserta didik terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) kesahajaan dan nasionalisme peserta didik; 3) semangat kebersamaan, persatuan, dan kerja kelompok peserta didik; 4) semangat membaca dan mencari referensi; 5) keterampiian peserta didik dalam mengkritisi data dan memecahkan masalah hidup; 6) kecerdasan emosional peserta didik; 7) keterampilan komunikasi peserta didik, baik secara lisan maupun tertulis; 8) kemampuan peserta didik untuk berpikir objektif dan sistematis; 9) keca-kapan peserta didik dalam bidang tertentu yang terdapat di masyarakat. Kedua, budaya sekolah yang kondusif, akan tampak atau tecermin dalam struktur organisasi sekolah, deskripsi tugas sekolah, sistem dan prosedur kerja sekolah, pegawai, kebijakan dan aturan, tata tertib sekolah, kepemimpinan dan hubungan, acara atau ritual, dan penampilan fisik sekolah yang juga tumbuh dan berkembang.
Sekolah merupakan lembaga yang bertanggungjawab mendidk peserta didik yang berkualitas dan merupakan agenda utama dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan suatu Negara. Tidak dapat dinafihkan bahwa budaya sekolah penting dalam perkembangan pendidikan Negara, khususya dalam memelahirkan sumber daya manusia yang dapat memberikan sumbangan kepada Negara dan masyarakat. Apabila terdapat budaya sekolah yang longgar dan tidak mempunyai perencanaan yang sisemik serta kurang memikirkan kemungkinan yang berlaku pada masa yang akan datang budaya sekolah akan usang. Kualitas pelayanan yang disediakan oleh sekolah akan bermasalah terhadap guru maupun peserta didik. Masalah tersebut memberi pengaruh yang nyata terhadap usaha meningkatkan pencapauan peserta didik daam pendidikan.
Model budaya sekolah sistem sosial dari Weber yang diadaptasi oleh Hoy dan Miskel (2001) merangkumi input, persekitararan sebagai proses dan output serta penilaian dan perbaikan. Aspek input merangkumi: 1) pengetua; 2) guru; 3) peserta didik; 4) misi dan visi, materi dan kaedah serta peralatan. Aspek persekitaran yang merangkumi: proses sistem penstrukturan, sistem budaya, sistem politik, peserta didik (kognitif, motivasi, dan kemahiran). Aspek output merangkumi pencapaian peserta didik, kepuasan peserta didik, kualiti pendidikan, mengurangkan keciciran peserta didik dan mengurangkan ketidakhadiran peserta didik. Model budaya sekolah dari Cavanagh dan Ramanoski (2005) aspek-aspeknya meliputi: kepemimpinan transformasional, penekanan kepada pembelajaran, kolaborasi visi, kolaborasi, penglibatan ibu bapak, efikasi guru, dan guru penyang yang kesemunya akan membentuk nilai dan norma di sekolah. Guru merupakan fasilitator atau informasi yang diperlukan siswa, ia berperan besar membina siswa untuk memiliki sikap mental dan intelektual yang baik.Oleh karena itu betapa pentingnya pembinaan profesional Guru secara terarah dan terprogram untuk meningkatkan kemampuan dan gairah mengajarnya, sehingga penampilan mengajarnya dapat lebih efektif dan efisien. Namun hal ini tidak terlepas dari motivasi kerja Guru itu sendiri dan bagaimana kepemimpinan Kepala Sekolah tersebut dijalankan dengan baik. Motivasi kerja guru pada khususnya merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas mutu sekolah.



BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analitik deskripsi kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan fakta dan kejadian pada objek yang diteliti. Sampel yang digunakan adalah guru SMA Negeri 14 Medan yang mengajar di kelas X IPS 3. Analisis menggunakan pengamatan yang dilihat.


BAB IV
PEMBAHASAN
Melalui observasi masih banyak seorang siswa yang memiliki sifat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekolah bahkan untuk berbicara kepada gurunya masih ada yang berbicara tidak sopan peserta didik tersebut seolah-olah sedang dengan temannya. Maka dari itu budaya sekolah sangat mempengaruhi dan juga motivasi guru.

Hasil keseluruhan dari observasi adalah
1) Budaya sekolah berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan.
2) Motivasi kerja guru berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan.
3) Budaya sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama sama berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan.

Upaya peningkatan kualitas sekolah harus dimulai dari dari internal sekolah itu sendiri yaitu harus memperhatikan nilai nilai yang hidup sebagai budaya sekolah. Budaya sekolah merupakan jiwa (spirit) sebuah sekolah yang memberikan makna terhadap kegiatan kependidikan sekolah tersebut, jika budaya sekolah lemah, maka ia tidak kondusif bagi pembentukan sekolah efektif. Sebaliknya budaya sekolah kuat maka akan menjadi fasilitator bagi peningkatan sekolah efektif. Jadi untuk meningkatkan budaya sekolah alangkah baiknya seorang kepala sekolah menerapkan budaya sekolah yang baik yang dapat dilaksanakan oleh semua warga sekolah dan akan memberi dampak yang positif bagi pendidikan disekolah tersebut.
Motivasi kerja guru yang tinggi dipengaruhi oleh budaya sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah, dan iklim sekolah yang baik yang baik. Bekerja tanpa semangat kerja akan cepat bosan, karena tidak adanya unsur pendorong. Bila tidak punya semangat kerja maka guru tidak akan berhasil untuk mendidik atau jika guru mengajar karena terpaksa saja karena tidak kemauan yang berasal dari dalam diri guru. Budaya organisasi yang baik berpengaruh terhadap motivasi kerja guru. Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan yang berkembang di dalam organisasi karena budaya organisasi berpengaruh kuat terhadap motivasi kerja guru maka sudah menjadi kewajiban organisasi membangun arah dan strategi yang membentuk budaya yang kuat yang dipatuhi semua guru.

Budaya sekolah yang baik akan mendorong semua warga sekolah untuk bekerjasama yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi seluruh warga, mendorong munculnya gagasan-gagasan baru dan memberikan kesempatan untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah yang semuanya ini bermuara pada pencapaian hasil terbaik. Dengan     demikian suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan untuk bekerja keras dan belajar mengajar dapat diciptakan. Budaya sekolah yang baik akan secara efektif menghasilkan motivasi kerja yang terbaik pada setiap guru. Oleh karena itu, budaya sekolah ini perlu dilakukan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Melalui observasi masih banyak seorang siswa yang memiliki sifat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekolah bahkan untuk berbicara kepada gurunya masih ada yang berbicara tidak sopan peserta didik tersebut seolah-olah sedang dengan temannya. Maka dari itu budaya sekolah sangat mempengaruhi dan juga motivasi guru.

Hasil keseluruhan dari observasi adalah
1) Budaya sekolah berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan.
2) Motivasi kerja guru berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan.
3) Budaya sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama sama berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan.
Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan bahwa:
(1) Kepada kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di  sekolah hendaknya menciptakan budaya  sekolah yang baik dengan mendukung apa yang diinginkan sekolah dengan warga sekolah sehingga tujuan yang telah ditetapkan sekolah akan tercapai.
(2) Kepada para guru yang merupakan garda terdepan dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya agar selalu menciptakan budaya organisasi yang kondusif di lingkungan kerjanya sehingga memungkinkan para guru untuk meningkatkan mutu kerja yang cemerlang dan akan menyumbang kepada keberhasilan sekolah dengan cara tetap patuh terhadap budaya organisasi yang telah ditetapkan di sekolah.



DAFTAR PUSTAKA
Hargreaves, D.H. (1994). The Challenge for The Comprohensive School. London: Routledge
Johnson, B., & Christensen, L. (2005). Educational Research: Quantitative, qualitative, and mixed aproaches (2end edition). Boston, MA: Pearson Education Inc.
Depdiknas. (2003). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku 1 Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta: Direktorat SMK Dirjen Dikdasmen

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REKAYASA IDE : Langkah-langkah Rekayasa Ide dan Contoh

CRITICAL BOOK REPORT: Cara Membuat Critical Book Report dan Contoh CBR Evaluasi