CRITICAL BOOK REPORT: Cara Membuat Critical Book Report dan Contoh CBR Evaluasi
CRITICAL BOOK REPORT: Cara Membuat Critical Book Report dan Contoh CBR Evaluasi
BAB
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Penulisan
Memasuki tahun 2016 Perguruan Tinggi
khususnya keguruan menggunakan kurikulum baru yaitu Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI). Pada kurikulum ini, mahasiswa diberikan beberapa
tugas pokok pada setiap mata kuliah yang salah satunya adalah Critical Book Report. Hal ini dilakukan
karna sangat baik sebagai pegangan ataupun modal para mahasiswa untuk
kedepannya terutama pada jurusan kependidikan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan tentang tujuan, isi dan bahan pengajaran yang dikembangkan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekahsan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan
peserta didik serta kebutuhan lapangan kerja. Subandiyah (2001:4-6)
mengemukakan ada 4 komponen kurikulum yaitu, komponen tujuan, komponen
isi/materi, komponen media (sarana dan prasarana), komponen strategi, dan
komponen proses belajar mengajar.
Kurikulum yang pernah digunakan di
Indonesia adalah kurikulum KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan
oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal
dijabarkan ke dalam sejimlah peraturan antara lain peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
B.
Rumusan
Masalah Penulisan
Rumusan masalah dari penulisan ini
adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana pengertian,
tujuan, landasan, prinsip-prinsip, evaluasi, ruang lingkup dan fokus evaluasi
dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
2.
Bagaiamana pembahasan
isi buku, kekurangan serta kelebihan yang terdapat dalam buku yang di kritik?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan Penulisan laporan ini adalah
:
1.
Mengetahui pengertian,
tujuan, landasan, prinsip-prinsip, evaluasi, ruang lingkup dan fokus evaluasi
dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
2.
Mengetahui materi
pembahasan isi buku, kekurangan serta kelebihan yang terdapat dalam B]buku yang
dikritik.
D.
Manfaat
Penulisan
Adapun
manfaat dari laporan ini adalah :
1. Untuk
memberikan wawasan kepada mahasiwa mengenai Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Agar
mahasiswa memiliki pemahaman mengenai Kurikulum Tingkat Satuab Pendidikan
(KTSP).
3. Untuk
melengkapi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum.
BAB II. RINGKASAN ISI BUKU
A.
Identitas
Buku
Judul Buku :
Telaah Kurikulum Fisika
Pengarang : Dra. Ratna Tanjung, M.Pd dan Dra. Ida Wahyuni, M.Pd
Penerbit : UNIMED Press
Tahun Terbit :
2015
Kota Terbit :
Medan Estate
Tebal Buku :
280 Halaman
Ukuran : 16 x 22 cm
ISBN : 978-602-0888-35-4
B.
Ringkasan
Isi Buku
Bab I : Pengertian Telaah Kurikulum
1.
Pengertian
Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa
latin, yaitu curriculum; awalnya mempunyai pengertian a running caurse, dan
dalam bahasa perancis yakni courier berarti to run = berlari. Istilah ini
kemudian digunakan untuk sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu gelar penghargaan dalam dunia pendidikan, yang dikenal dengan
ijazah.
Berikut ini dikemukakan beberapa
definisi yang cukup dipandang sebagai definisi yang populer yang pantas
tampaknya untuk ditelaah.
Ralp Tyler (1949), mengemukakan bahwa
semua pelajaran-pelajaran murid yang direncanakan akan dilakukan oleh pihak
sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
E. Eisner (1979), dengan kurikulum kita
mengaitkan dengan pengalaman yang ditawarkan kepada murid dibawah petunjuk dan
bimbingan sekolah.
G. Saylor. W Alexander & A.J. Lewis
(1981), mendefinisikan kurikulum sebagai suatu rencana untuk memberikan
sejumlah kesempatan-kesempatan belajar pada orang lain untuk dididik.
M. Skillbeck (1984),
pengalaman-pengalaman murid yang diekspresikan dan diantisipasikan dalam
cita-cita dan tujuan-tujuan, rencana-rencana, dn desain-desain untuk belajar
dan implementasi dan rencana dan desain-desain tersebut di lingkungan sekolah.
A. Glatton (1987), Kurikulum ialah
rencana-rencana yang dibuat untuk membimbing
dalam belajar di sekolah yang biasanya meliputi dokumen, level secara
umum, dan aktualisasi dari rencana-rencana itu dikelas.
Berdasarkan Beberapa pengertian Para
Ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program
pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelanggaraan pendidikan yang
berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam suatu periode jenjang pendidikan
2.
Keterkaitan Kurikulum
Dengan Berbagai Pengertian Kurikulum
Berdasarkan
hasil kajian, diperoleh beberapa dimensi pengertian kurikulum. Menurut R.
Ibrahim (2005), kurikulum dikelompokkan menjadi 3 dimensi, yaitu : 1) Kurikulum
sebagai substansi, 2) kurikulum sebagai sistem, dan 3) Kurikulum sebagai bidang
studi.sementara Said Hamis Hasan (1988), berpendapat bahwa pada saat sekarang
istilah kurikulum memiliki 4 dimensi pengertian, dimana satu dimensi lainnya
saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu :
1. Kurikulum
sebagai suatu ide/ gagasan
2. Kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari
kurikulum sebagi suatu ide
3. Kurikulum
sebagai suatu kegiatan/realita/implementasi kurikulum
4. Kurikulum
sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan
3.
Karakteristik
Kurikulum
Beberapa
karakteristik kurikulum dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Curriculum
as subject Matter
Kurikulum sebagai bahan
belajar (subject meter) adalah gambaran kurikulum yang paling tradisional yang
menggambarkan kurikkulum sebagai kombinasi bahan untuk membentuk kerangka isi
(content) untuk diajarkan.
2. Curriculum
as Experience
Suatu gambaran melihat
kurikulum sebagai seperangkat pengalaman-pengalaman menemukan hubungan dengan
pendidikan.
3. Curriculum
as Intention
Kurikulum as intention
berpendapat bahwa suatu perencanaan kurikulum yang komprehensif terhadap
pengalaman-pengalaman belajar anak didik telah ditentukan lebih awal sebelum
mereka memulai kurikulum itu.
4. Curriculum
as Cultursl reproduction
Salah satu kurikulum
yang menerima dukungan addalah pendapat, nahwa kurikulum harus mereflesikan
suatu budaya masyarakat tertentu.
5. Curriculum
as Curreve
Kurikulum ini
menekankan pada Prespektif pengalaman dan akibat terhadap kurikullum adalah
interprestasi terhadap pengalaman hidup.
4.
Hierarki
Tujuan Kurikulum
Di lihat dari hirarkisnya
tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus
yang bersifat spesifik dan dapat di ukur.
Tujuan kurikulum
di bagi menjadi empat yaitu:
1. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
TPN
adalah tujuan umum yang sarat dengan muatan filosofis.TPN merupakan sasaran
akhir yang harus di jadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan artinya setiap
lembaga dan penyelenggaraan itu,baik pendidikan yang di selenggarakan oleh
lembaga pendiddikan formal,informal maupun non formal. Tujuan pendidikan umum
biasanya di rumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan
hidup dan filsafat suatu bangsa yang di rumuskan oleh pmerintah dalam bentuk
undang-undang. TPN merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan
pendidikan.
2. Tujuan Institusional (TI)
Tujuan
institusional adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap lembaga pendidikan.
Dengan kata lain tujuan ini dapat di definisikan sebagai kualifikasi yang harus
di miliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan
program di suatu lembaga pendidikan tertentu.tujuan institusional merupakan
tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang di rumuskan dalam bentuk
kompetisi lulusan setiap jenjang pendidikan. Seperti misalnya Standar
kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan jenjang pendidikan tinggi.
3. Tujuan Kurikuler (TK)
Tujuan
kurikuler adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap bidang studi atau mata
pelajaran.tujuan kurikuler dapat di definisikan sebagai kualifikasi yang harus
di miliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu
dalam suatu lembaga pendidikan.tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan
tujuan untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan.
4.
Pengembangan
Tujuan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum komponen
tujuan merupakan salah satu komponen yang sangat penting. Adapuntujuan
kurikulum dirumuskan dalam 2 hal, yaitu:
a. Perkembangan
tututan, kebutuhan dan kondisi masyarakat
b. Pemikiran-pemikiran
dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis terutama falsafah.
Perumusan tujuan merupakan hal yang
sangat penting dalam sebuah kurikulum. Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu
di rumuskan dalam kurikulum antara lain :
a. Tujuan
erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh stiap upaya
pendidikan.
b. Tujuan
yang jelas dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mendesain model
kurikulum yang dapat digunakan bahkan membantu guru dalam mendesain sistem
pembelajaran
c. Tujuan
kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai kontrol dalam menetukan batas dan
kualitas pembelajaran berfikir seperti kemampuan mengigat dan kemampuan
memecahkan masalah.
Bab II : Sejarah dan Perkembangan Kurikulum di
Indonesia
1.
Pendahuluan
Dalam
perjalanan sejara sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan,yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
2004 dan yang sekarang 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis
dari terjadinya perubahan sistem, politik social budaya, ekonomi dan
iptek, dalam bemasyarakat berbangsa dan
bernegara.
2.
Perubahan
Kurikulum
Kurikulum
yang digunakan di Indonesia pra kemedekaan dipengaruhi oeh tatanan sosial
poitik Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada tiga system
pendidikan dan pengajaran yang
berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan
pesantren. Kedua, system pendidikan Belanda. System pendidikan Belanda pun
bersifat diskriminatif.susunan persekolahan zaman koonial adalah sebagai
berikut (Sanjaya, 2007:207)
a.
Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priayi menggunakan
pengantar bahasan daerah, namanya sekolah desa 3 tahun
b.
Untuk orang timur asing disediakan sekoa seperti sekolah Cina 5 tahun
dengan pengantar baasa Cina, Hollandch Chinese (HCS) yang berbahasa Belanda
selama 7 tahun
c.
Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekoah rendah sampai perguruan
tinggi, yaitu Eropese kurikulum yang digunakan di Indonesia pra kemerdekaan
dipengaruhi oleh tatanan social poitik Indonesia
Perubahan
kurikulum tersebut tentu disertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda-beda,
karena dalam setiap perubaan tesebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin
dicapai untuk memajukan pendidikan nasional kita. Perubahan kurikulum di dunia
pendidikan Indonesia beserta tujan yang ingin dicapai dapat diuraikan sebagai berikut
1.
Kurikulum 1947
Ini
adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah pendidikan
lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan
nasional. Saat itu mulai ditetapkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Kurikulum ini sebutan Rentjana Pelajaran 1947, dan baru dilaksanakan pada 1950.
2.
Kurikulum 1952
Adanya
kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, merinci setiap mata
pelajaran sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini
sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Seperti setiap pelajaran
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan
secara jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
3.
Kurikulum 1964
Pemerintah
kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, namanya Rentjana Pendidikan
1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
4.
Kurikulum 1968
Kurikulum
1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945
secara murni. Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak
mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan.
5.
Kurikulum 1975
Pemerintah
memperbaiki kurikulum pada tahun itu. Kurikulum ini menekankan pendidikan lebih
efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen
Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di
bidang manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI),
dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan.
6.
Kurikulum 1984
Kurikulum
ini mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum
1975 disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
7.
Kurikulum 1994
Pada
kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada
pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang
memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim
Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah.
Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak
kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaan yang cukup banyak.
8.
Kurikulum 2004 (KBK)
KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar,
proses pembelajaran dipandang merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting
pada tingkatan tertentu peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan.
9.
Kurikulum 2006 Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP
adalah sebuah kutikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP terdiri dari
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
10.
Kurikulum 2013
Kurikulum
2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses, maupun
penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten, dan bahan pelajaran serta
penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.
BAB III.
Landasan dan Asas Pengembangan Kurikulum
1.
Asas Pengembangan
Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum, banyak hal yang harus diperhatikan
dan dipertimbangkan sebelum mengambil suatu keputusan. Apapun jenis
kurikulumnya pasti memerlukan asas - asas yang harus dipegang. Asas-
asa tersebut cukup kompleks dan tidak jarang memiliki hal - hal yang
bertentangan, karenanya harus memiliki seleksi.Begitu juga apabila dilihat dari
perbedaan masyarakat, organisasi bahan yang digunakan, dan pilihan psikologi
belajar dalam mengembangkan kurikulum tersebut.
2.
Kurikulum Tradisional
atau Progresif
Kurikulum Tradisional |
Kurikulum Progresif |
Mengutamakan pengetahuan
didasarkan subjek mata pelajaran |
Mempelajari maslah dan
topik utnuk pemecahan masalah |
Menyamaratakan semua siswa
baik mengenai bahan, metode mengajar, evaluasi |
Memperhatikan dan membantu mengembangkan keunikan individu |
Menerima kenyataan
dimasyarakat sebagaimana adanya |
Mengubah lingkungan untuk
membentuk dunia yang lebih baik |
Guru satu satunya sumber
belajar |
Disamping guru ada pakar, kegiatan, bahan, alat, perlengkapan |
Evaluasi hanya sistem tes |
Tidak hanya tes tetapi
juga nontes |
3. Landasan Filosofis Fisika
Gagasan-gagasan yang digunakan dalam teori-teori fundamental
proses-proses fisis dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori berhubungan
dengan tiga cara berbeda dalam memandang alam, yaitu Atomisme, Platonisme, dan
Aristotelianisme. Meskipun diusulkan lebih dari 2000 tahun lalu, namun masing
masing pandangan tentang alam dunia ini telah memainkan suatu peranan penting
dalam sejarah fisika dan masih bertahan pada beberapa tingkat pikiran dalam
fisika modern.
BAB
IV. Fungsi dan Peranan Kurikulum
1. Latar
Belakang
Kurikulum
sebagai sebuah rancangan pendidikan yang mempunyai kedudukan yang strategis
dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum
di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh
dan kuat.
Landasan
pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun kurikulum atau
kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan
tetapi harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pelaksana
kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lain
yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk
dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi kurikulum
di setiap jenjang pendidikan. Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa
dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu
dijadikan dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan,
sehingga dapat memfasilitasi terc apainya sasaran pendidikan dan pembelajaran secara
lebih efektif dan efisien.
2.
Pengertian Kurikulum
Kurikulum
merupakan rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup sentral dalam
perkembangan pendidikan, oleh sebab itu dibutuhkan landasan yang kuat dalam
pengembangan kurikulum agar pendidikan dapat menghasilkan manusia-manusia yang
berkualitas.
3.
Fungsi Kurikulum
Pada
dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanankan proses pembelajaran. Bagi kepala
sekolah dan pengawasan, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman
dalam membimbing anaknya belajar dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi
sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses
pendidikan disekolah. Sedangkan bagi siswa, kurikulum berfungsi sebagai suatu
pedoman belajar.
4.
Peranan Kurikulum
Kurikulum
sebagai program pendidikan yang telah direncanakan mengemban peranan yang
sangat penting bagi pendidikan. Apabila dianalisis secara sederhana, paling
tidak terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai sangat pokok, yaitu:
Peranan Konservatif, Peranan Kreatif, Peranan kritis dan evaluative.
BAB VI. Prinsip-Prinsip
Pengembangan Kurikulum
1.
Pengertian
Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip dapat
diartikan sebagai asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Prinsip menunjukkan
sesuatu hal yang sangat penting, mendasar, dan harus diperhatikan, memiliki
sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang biasanya selalu ada atau
terjadi pada situasi atau kondisi serupa. Prinsip adalah suatu pernyataan
fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh
seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak.
Sebuah prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan
merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah obyek atau
subyek tertentu. Dari pengertian di atas, terlihat jelas bahwa prinsip memiliki
fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan keberadaan sesuatu. Jadi,
dengan mengenali dan memperhatikan prinsip maka akan bisa menjadikan sesuatu
itu lebih efektif dan efisien.
2.
Macam-Macam
Prinsip Pengembangan Kurikulum
Wina Sanjaya (Sanjaya, 2008, p. 39)
mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu: relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas. Prinsip tersebut juga
dikemukakan oleh Abdullah Idi (Idi, 2007, pp. 179-182)
dan Asep Herry Hernawan dkk (dalam Rahmat 2009: 22). Sementara Nana
Syaodih Sukmadinata (Sukmadinata, 2009, pp. 150-155)
mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dengan membaginya ke
dalam dua kelompok: (1) prinsip-prinsip umum (sama dengan Herdawan dkk); dan
(2) prinsip-prinsip khusus, yaitu: prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan,
prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan
pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan
alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian).
BAB VII. Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Pendekatan
Model Pengembangan Kurikulum
Pendekatan dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu
proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya maaih sangat umum. Dengan demikian pendekatan
pengenbangan kurikulum merujuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum
tentang proses perkembangan kurikulum. Pengertian kurikulum mempunya makna yang
cukup luas. Menurut Sukmadinata (2000), pengembangan kurikulum bisa berarti
penyusunan kurikulum yang sama sekali baru bisa juga menyempurnakan kurikulum
yang telah ada.
Pendekatan,
lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja
dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang
dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil
kerja yang lebih baik.
2.
Model
Konsep Kurikulum
Menurut Arifin,
Z. (2011), model konsep kurikulum muncul sebagai implikasi dari adanya berbagai
aliran dalam pendididakan, antara lain aliran Pendidikan klasik-tradisional
melahirkan konsep rasionalisasi atau subjek akademis, aliran pendidikan
intraksional melahirkan konsep kurikulum rekontruksi social, aliran pendidikan
pribadi melahirkan konsep kurikulum aktualisasi diri atau humanistik, dan
pendidikan teknologis melahirkan konsep kurikulum teknologis.
3. Model-Model
Pengembangan Kurikulum
Robert S. Zais dalam
Arifin, Z (2011), mengemukakan delapan model pengembangan kurikulum, antara
lain.
1) The
administrative (line staff) model ( model administratif)
Model pengembangan kurikuum
yang paling awal sangat dikenal adalah model administrative karena model ini
menggunakan prosedur “garis-staf” atau garis komando. Maksudnya inisiatif
pengembangan kurikulum berasal dari pejabat tinggi (Kemendiknas), kemudian
secara struktural dilaksanakan ditingkat bawah.
2) The
grass-roots model (model dari bawah)
Inisiatif pengembangan
kurikulum ini berada di tangan guru sebagai pelaksana kurikulum disekolah, baik
yang bersumber dari satu sekolah maupun dari berbagai sekolah.
3) The
demonstration model
Model ini dikembangkan
untuk memperkenalkan suatu inovasi kurikulum dalam skala kecil. Dalam
pelaksanaannya, model ini menuntut guru dalam sat sekolah untuk
mengorganisasikan dirinya dalam memperbaruhi kurikulum
4) Beauchamp's
system model
Sistem yang diformulasikan
oleh G.A Beauchamp mengemukakan adanya lima langkah kritis dalam
mengambilkeputusan pengembangan kurikulum yaitu:
a. Menentukan
arena pengembangan kurikulum
b. Memilih
dan mengikutsertakan pengembangan kurikulum
c. Pengotganisasian
dan penentuan prosedur perencanaan
d. Pelaksanaan
kurikulum secara sistemastis
e. Evaluasi
kurikulum
5) Taba's
interved model (model terbalik hilda taba)
Model ini dimulai
dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian diimplementasikan. Hal ini
dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan praktek, serta menghilangkan
sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum.
6) Roger's
interpeesonal relations model ( model hubungan interpersonal dari rogers)
Kurikulum diperlukan
dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes, dan adaptif terhadap
situasi perubahan
7) The
systematic action-research model
Tiga faktor utama yang
dijadikan pertimbangan dalam model ini adalah adanya hubungan antarmanusia,
organisasi sekolah dan masyarakat, serta otoritas ilmu.
8) Emerging
technical model
Model teknologis ini
terdiri atas tiga variasi model, yatu model analisis tingkah laku, model
analisis sistem, dan model berdasarkan komputer.
4. Analisis Terhadap
Model-Model Pengembangan Kurikulum
Ada tiga faktor
yang digunakan untuk menganalisa model-model pengembangan tersebut menurut
Arifin, Z (2011), yaitu :
1) Penekanan
pada suatu titik pandangan tertentu.
2) Keuntungan-keuntungan
yang diperoleh melalui model tersebut.
Pada
model administratif penekanan diberikan pada orang-orang yang terlibat dalam
pengembangan kurikulum dengan uraian tugas dan fungsinya masing-masing,
disamping pengarahan kegiatan yang bercirikan dari atas kebawah.
BAB VIII. Hidden Curiculum (Kurikulum Tersembunyi)
1.
Pengertian
Kurikulum Tersembunyi
Istilah hidden kurikulum
menunjuk kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh di dalam berlangsungnya
pengajaran dan pendidikan, yang mungkin meningkatkan atau mendorong atau bahkan
melemahkan usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dengan kata lain, konsep hidden
kurikulum menunjuk pada praktek dan hasil persekolah yang tidak diuraikan dalam
kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum kebijakan sekolah, namun merupakan
bagian yang tidak teratur dan efektif mengenai pengalaman sekolah.
2. Hakikat Kurikulum
Terdapat dua
terminologi mengenai kurikulum, yakni terminologi kurikulum ekspilit (tertulis)
dan implisit (tidak tertulis) atau kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Untuk pencapaian tujuan pendidikan terdapat
hal-hal yang tidak terdokumentasikan/direncanakan/diprogramkan atau sifatnya
tidak tertulis dan hal ini sangat berpengaruh terhadap tujuan pendidikan itu
sendiri.
3.
Fungsi
Kurikulum Tersembunyi
Anak adalah
tujuan pendidikan baik-buruk, bermutu atau tidak, itu sangat bergantung pada
kreativitas, improvisasi, serta inovasi guru dalam belajar-mengajar. Hidden
curriculum sangat dianjurkan dalam belajar mengajar. Berdasarkan pengalalaman
empiris, pengetahuan yang disampaikan melalui hidden curriculum ternyata lebih
banyak digunakan dan diperlukan dalam kehidupan nyata dibantingkan dengan yang
lain
4.
Pendidikan
Nilai dalam Pengembangan kurikulum Tersembunyi
Hidden
curriculum atau kurikulum tersembunyi adalah kurikulum yang berkembang secara
alamiah atau tidak direncanakan secara khusus.
5.
Implementasi
Kurikulum Ideal, Kurikulum Aktual dan Kurukulum Tersembunyi
Implementasi
kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah
dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diuji coba dalam pelaksaan dan
pengelolaan, dengan senantiasa dilakukan
penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik
perkembanagan intelektual, emosional, serta fisiknya.
6.
Variabel
The Hidden Curriculum
Semua bentuk perilaku
interaksi sosial dis ekolah dan sekitarnya merupakan variabel-variabel
pembentuk the hidden curriculum. Namun harus diingat bahwa lingkungan, kultur
dan berbagai kebijakan sekolah, walaupun sangat berpengaruh terhadap perubahan
siswa, tetapi proses mempengaruhi perkembanagan kepribadian terjadi secara
tidak langsung dan dikembangkan bukan sebagai bahan ajar, tetapi semua sebagai
sebuah peklerjaan sikap, kebijakan dan penataan lingkungan dengan kepentingan
masing-masing namun memiliki pengaruh bermakna terhadap perkembangan siswa.
7.
Menciptakan
Kultur Sekolah yang Kondusif
Kita
perlu mengokohkan budaya sekolah di kalangan stakeholder sekolah. Dan iantara
nilai budaya dan sosial yang perlu dibangun di lingkungan sekolah adalah
sebagai berikut:
-
Pertama, etika atau
akhlakul karimah adalah tata aturan untuk bisa hidup bersama dengan orang lain.
Kita hidup tidak sendirian, dilahirkan oleh dan dari orang lain yang bernama
ibu dan ayah kita, dan kemudian hidup bersama dengan orang lain.
-
Kedua, kejujuran. Semua
warga sekolah harus dilatih berbuat jujur, mulai jujur kepada dirinya sendiri,
jujur kepada Tuhan, jujur kepada orang lain.
-
Ketiga, kasih sayang.
Ada tiga landasan yang harus dibangun, yaitu (1) kasih sayang, (2) kepercayaan,
dan (3) kewibawaan.
-
Keempat, mencintai
belajar
-
Kelima, bertanggung
jawab.
-
Keenam, menghormati hak
orang lain.
- Ketujuh, tepat waktu.
BAB IX. The Hidden Curiculum dan Pembentukan Karakter
1. Keteladanan Guru dan Hubungan Guru-Siswa
Guru merupakan faktor utama dan berpengaruh terhadap proses
belajar siswa. Dalam pandangan siswa, guru memiliki otoritas, bukan saja
otoritas dalam bidang akademis melainkan juga dalam bidang nonakademis.
Kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup dan
kebiasaan-kebiasaan belajar siswa. Siswa akan menyerap sikap-sikap,
merefleksikan perasaan-perasaan, menyerap keyakinan-keyakinan, meniru tingkah
laku, dan mengutip pernyataan-pernyataan gurunya. Pengalaman menunjukkan bahwa
masalah-masalah seperti motivasi, disiplin, tingkah laku sosial, prestasi, dan
hasrat belajar yang terus menerus pada diri siswa yang bersumber dari kepribadian
guru. Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influitif yang paling
meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral, spiritual,
dan sosial anak. Hal ini adalah karena pendidikan merupakan contoh terbaik
dalam pandangan anak yang akan ditirunya dalam tindak tanduknya dan tata
santunnya, disadari atau tidak bahkan terpatri dalam jiwa dan perasaannya
gambaran seorang pendidik, dan tercermin dalam ucapan dan perbuatan materil dan
spiritual atau tidak diketahui.Olehnya itu, keteladanan guru menjadi faktor
penting dalam pepmbentukan karakter peserta didik. Sebab, apa yang mereka lihat
dari gurunya langsung terekam dalam memori ingatannya dan senantiasa dilakukan
dalam kesehariannya.
2.
Proses Pembelajaran
Pembelajaran
merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga berperan dalam menentukan
keberhasilan belajar siswa. Dari proses pembelajaran itu akan terjadi sebuah
kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa untuk menuju tujuan yang lebih
baik. Oleh karena itu, proses pembelajaran musik yang tepat di ekstrakurikuler
band sangat dibutuhkan dalam kegiatan berkesenian untuk menghasilkan sebuah
karya musik (lagu) melalui aransemen yang pada akhirnya lagu tersebut terkesan
baru dan siswa mampu untuk membawakan musik dengan baik. Untuk melakukan sebuah
proses pembelajaran, terlebih dahulu harus dipahami pengertian dari kata
pembelajaran.
Proses
pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara
guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan belajar. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa
merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut
harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat
tercapai secara optimal.
3. Menumbuhkan Pendidikan
Kritis
Freire mendukung
kemampuan siswa untuk berpikir kritis mengenai tinjauan situasi pendidikan
mereka; cara berpikir demikian dianggap oleh praktisi pedagogi kritis akan
memungkinkan mereka untuk "mengenali hubungan antara peninjauan masalah
masing-masing dengan pengalaman dan Konteks Sosial di mana mereka berada.
Menyadari kesadaran (consciousness) seseorang adalah langkah pertama yang
diperlukan dari "praksis," yang didefinisikan sebagai kekuatan dan
pengetahuan untuk mengambil tindakan terhadap penindasan sementara menekankan
pentingnya pendidikan membebaskan. "Praksis meliputi keterlibatan dalam
siklus teori, aplikasi, evaluasi, refleksi, dan kemudian kembali ke teori.
Transformasi sosial adalah produk dari praksis di tingkat kolektif."
4. Kode
Etik Peserta Didik
Kode etik (ethical cade), adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada pada lingkungan tertentu. Etika menurut etimologi berasal dari bahasa latin “ethic” yang mempunyai arti kebiasaan. Menurut arti lain kode etik adalah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbutan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Kode Etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
BAB X. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Pengertian
Kurikulum
Kurikulum
merupakan rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup sentral dalam
perkembangan pendidikan, oleh sebab itu dibutuhkan landasan yang kuat dalam
pengembangan kurikulum agar pendidikan dapat menghasilkan manusia-manusia yang
berkualitas.
Karena
kurikulum dibuat secara sentra listrik, setiap satuan pendidikan diharuskan
untuk melaksanakan dan mengimplementasikan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan
(juklak) dan petunjuk teknis (juknis) dan disusun oleh pemerintah pusat
menyertai kurikulum tersebut.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum tingkat satuan prndidikan (KTSP) adalah suatu kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah /daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peseta didik. Sekolah dan komite sekolah atau madrasah dan komite madrasah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusa, di bawah supervise dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan di SD, SMP, SMA, dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MRs, MA dan MAK.
1. Landasan
KTSP
merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru,
karena mereka banyak di libatkan dan diharapkan memiliki tanggungjawab yang
memadai. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar
sistem pendidikan nasioanl selalu relevan dan kompetitif. Hal tersebut juga
dengan undang-undang Nomor 20 Thun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang
menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan
kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Penyempurnaan juga dilakukan terhadap struktur kurikulum yang meliputi jumlah mata pelajaran, beban belajar, alokasi waktu, mata pelajaran pilihan dan muatan local, serta sitem pelaksaannya, baik sistem paket maupun sistem kredit semester (SKS).
BAB
III.
PEMBAHASAN
A.
Kelebihan
dan Kekurangan Isi Buku
Kelebihan : Memiliki isi
yang singkat dan tepat sehingga mungkin
mudah untuk dipahami.
Kualitas pemakaian kalimat juga sudah baik sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan. Sumber dari buku ini juga banyak sehingga kita mendapatkan
banyak pengetahuan dari buku ini.
Kekurangan : Isi pada tiap bab ini tidak disusun dengan struktur yang baik
sehingga untuk mencari
informasi-informasi tertentu dari bab, kita harus membaca secara akurat.
BAB IV.
KESIMPULAN
Buku ini sudah cukup baik dan
memberikan pengetahuan yang mendalam dikarenakan banyaknya dimuat sumber-sumber
yang membangun isinya menjadi lebih baik. Namun, pada buku ini masih kurang
dalam segi pembagian-pembagian pada isinya, sehingga sulit apabila kita ingin
mencari informasi-informasi tertentu dari materi ini, sehingga apabila disusun
secara rapi dan terstruktur mungkin buku ini akan menjadi sangat layak untuk
digunakan menjadi sumber pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tanjung, Ratna dan Ida Wahyuni. 2017. Telaah Kurikulum Fisika. Medan: Unimed Press
Komentar
Posting Komentar