CONTOH CRITICAL BOOK REPORT: Cara Membuat Critical Book Report
CRITICAL BOOK REPORT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Critical Book Review adalah tugas menulis yang
mengharuskan kita untuk meringkas dan mengevaluasi tulisan. Tugas critical book
review bisa berupa buku, bab, atau artikel. Dalam menulis critical book review
kita harus membaca secara seksama dan juga membaca tulisan lain yang serupa
agar kita bisa memberikan tinjauan dan evaluasi yang lebih komprehensif,
obyektif dan faktual. Kita juga akan mencari kelemahan dan kelebihan dari buku
tertentu. Hal itu belum cukup, kita juga harus tahu tujuan dari penulisan teks
dan siapa yang menjadi obyek dari penulisan tersebut. Jika kita me-review buku
atau bab, dua, tiga, atau empat paragraph juga bisa. Disini kita akan
menyebutkan nama penulis, judul atau tema, dan secara singkat Anda bahas konteks
penulisan. Dalam mengkritik, kita akan mendiskusikan masalah dan juga
mengevaluasi kelebihan, kekurangan, dan hal-hal penting lainnya dalam tulisan.
kita seharusnya menjadikan kriteria tertentu sebagai dasar kritikan kita.
Dengan mengkritik buku evaluasi belajar merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui isi buku tersebut tentang
bagaimana hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran
adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat di butuhkan
dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa
jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran,
pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia
lakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan
bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dia lakukan
dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan
mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita
dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah
menjadi lebih baik ke depan.
1.2 Rumusan
Masalah
a.
Apa
saja kelemahan dan kelebihan setiap buku?
1.3 Tujuan
a.
Menegtahui
kelemahan dan kelebihan setiap buku
BAB
II
RINGKASAN BUKU
BAB I KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN
A.Pengertian Evaluasi
Istilah
evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian. Meskipun saling
berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna yang sebenarnya. Ujian ulangan harian yang
dilakukan guru di kelas atau bahkan ujian akhir sekolah sekalipun, belum
dapat menggambarkan esensi evaluasi pembelajaran, terutama bila dikaitkan
dengan penerapan kurikulum 2013. Sebab, evaluasi pembelajaran pada dasarnya
bukan hanya menilai hasil belajar, tetapi juga proses-proses yang dilalui
pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Istilah
tes, pengukuran (measurement), penilaian (assesment) dan evaluasi sering
disalahartikan dan disalahgunakan dalam praktik evaluasi. Secara konsepsional
istilah-istilah tersebut sebenarnya
berbeda satusama lain,
meskipun mempunyai keterkaitan
yang sangat erat.
Tes adalah
pemberian suatu tugas
atau rangkaian tugas
dalam bentuk soal atau
perintah/suruhan lain yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil pelaksanaan tugas
tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu
terhadap peserta didik. Pengukuran (measurement) adalah suatu
proses untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti
peserta didik, starategi pembelajaran, sarana prasana sekolah dan sebagainya.
Untuk melakukan pengukuran tentu dibutuhkan
alat ukur. Dalam
bidang pendidikan, psikologi,
maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya menggunakan
tes sebagai alat
ukur.
Sedangkan
penilaian (assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan
pertimbangan tertentu (Arifin, 2013:4). Jika dilihat dalam konteks yang lebih
luas, keputusan tersebut dapat menyangkut keputusan tentang peserta didik
(seperti nilai yang akan diberikan), keputusan tentang kurikulum dan program
atau juga keputusan
tentang kebijakan pendidikan.
B. Proses Evaluasi
Dalam Pendidikan
Jika digambarkan dalam
bentuk diagram akan terlihat transformasi sebagai berikut :
Input : adalah bahan
mentah yang dimasukkan kedalam transformasi.
Ouput: Adalah bahan
jadi yang dihasilkan oleh transformasi.
Transformasi: adalah
mesin yang bertugas mengubah bahan mentah
menjadi bahan jadi.
Unsur-unsur transformasi
sekolah tersebut antara
lain:
a. Guru dan
personal lainya.
b. Metode mengajar dan
sistem evaluasi.
c. Sarana penunjang.
d. Sistem administrasi.
Umpan Balik (feed
back): adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun
transformasi.
C. Ciri-ciri Evaluasi
dalam Pendidikan
Ada lima ciri evaluasi
dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan Suharsimi (2002:11), yaitu:
Ciri pertama, penilaian
dilakukan secara tidak langsung.
Ciri kedua dari
penilaian pendidikan yaitu
penggunaan ukuran kuantitatif.
Ciri ketiga dari
penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan menggunakan, unit-unit
untuk satuan-satuan yang
tetap karena IQ 105
termasuk anak normal.
Ciri kempat dari
penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak sama atau tidak
selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain.
Ciri kelima dalam
penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu
sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun
sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor yaitu :
a. Terletak pada alat
ukurnya.
b. Terletak pada orang
yang melakukan penilaian.
c. Terletak pada anak
yang dinilai.
d. Terletak pada
situasi dimana penilaian berlangsung.
D. Tujuan Dan Fungsi
Evaluasi Pembelajaran
Chittenden (1994)
secara simpel mengklasifikasikan tujuan penilaian (assessment purpose) adalah untuk
(1). keeping track, (2). checking-up, (3). finding-out,
and (4). summing-up. Keempat tujuan
tersebut oleh Arifin (2013:15) diuraikan sebagai bertikut:
1. Keeping track, yaitu
untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik
sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Untuk itu, guru harus mengumpulkan data dan informasi dalam
kurun waktu tertentu melalui berbagai jenis dan teknik penilaian untuk memperoleh
gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar
peserta didik.
2. Checking-up, yaitu
untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam
proses pembelajaran dan
kekurangan-kekurangan peserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran. Dengan kata lain,
guru perlu melakukan
penilaian untuk mengetahui
bagian mana dari materi
yang sudah dikuasai
peserta didik dan
bagian mana dari materi yang belum
dikuasai.
3. Finding-out, yaitu
untuk mencari, menemukan
dan mendeteksi kekurangan kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam
proses pembelajaran, sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif
solusinya.
4.Summing-up, yaitu
untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang
telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini
dapat digunakan guru
untuk menyusun laporan
kemajuan belajar ke berbagai pihak yang berkepentingan.
Dengan
mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem
pendidikan, maka dengan
cara lain dapat
dikatakan bahwa tujuan atau
fungsi penilaian ada
beberapa hal:
1. Penilaian berfungsi
selektif.
2. Penilaian berfungsi
diagnotik.
3. Penilaian berfungsi
sebagai penempatan.
4. Penilaian berfungsi
sebagai pengukur keberhasilan. E. Objek
Evaluasi Pendidikan
Aspek-aspek yang
diperlukan dalam evaluasi
terhadap peserta didik meliputi:
a. Aspek-aspek tentang
berfikir, termasuk didalamnya:
intelegensi, ingatan, cara menginterupsi data, prinsif-prinsif
pengerjaan pemikiran logis.
b. Perasaan sosial;
termasuk di dalamnya: cara bergaul, cara pemecahan nilai-nilai sosial, cara
menghadapi dan cara berpartisipasi dalam kenyataan sosial.
c. Keyakinan sosial
dan kewarganegaraan menyangkut
pandangan hidupnya terhadap masalah-masalah sosial, politik dan ekonomi.
d. Apresiasi seni dan
budaya.
e. Minat, bakat dan
hobby.
f. Perkembangan sosial
dan personal
BAB
II EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM 2013 (PENILAIAN OTENTIK)
A. Teori Pendekatan
Saintifik.
Proses pembelajaran
dengan pendekatan saintifik
adalah proses pembelajaran yang
mengupayakan agar peserta
didik dapat secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati dalam
rangka mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan
atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang ditemukan.
Bahwa
pembelajaran dengan pendekatan saintifik, sekurang-kurang memiliki
empat karakteristik pokok
yaitu:
a. Berpusat pada
peserta didik;
b. Melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau
prinsip;
c. Melibatkan
proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek,
khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa;
dan
d. Dapat mengembangkan
karakter peserta didik.
B. Penerapan Pendekatan
Saintifik dalam Proses Pembelajaran
Untuk
menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran menuntut adanya
perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan
pembelajaran konvensional. Terdapat sejumlah metode pembelajaran yang dipandang
sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik yang sudah popular, seperti
metode problem based learning; project based learning; inkuiri, group
investigation dan lain-lain.
Metode-metode
tersebut pada umumnya menekankan pembelajaran peserta didik untuk mengenal
masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji jawaban sementara atas
suatu masalah atau pertanyaan dengan
melakukan penyelidikan guna
menemukan berbagai fakta melalui penginderaan, yang daripadanya
dapat ditarik suatu kesimpulan yang disajikan dalam laporan penemuan, baik
lisan maupun tulisan.
Dalam Kurikulum
2013 seperti digambarkan
dalam Depdikbud bahwa proses
pembelajaran dengan pendekatan saintifik menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Langkah-langkah
pembelajarannya dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Mengamati
mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning).
b. Menanya
Guru yang
efektif mampu menginspirasi
peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.
c. Menalar
Istilah “menalar”
dalam kerangka proses
pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan
peserta didik merupakan pelaku aktif.
d. Mencoba
Untuk
memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus
mencoba atau melakukan
percobaan, terutama untuk materi
atau substansi yang
sesuai.
e. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran
Kolaboratif
Pembelajaran
kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar
teknik pembelajaran di
kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat
interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan
memaknai kerjasama sebagai
struktur interaksi yang dirancang
secara baik dan benar untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka
mencapai tujuan bersama.
C. Mengenal Penilaian
Otentik
Richard J.
Stiggins mengemukakan bahwa penilaian otentik
merupakan suatu bentuk
penilaian yang meminta peserta didik untuk menampilkan
performansinya pada situasi yang sesungguhnya dan mendemonstrasikan
keterampilan dan pengetahuan sesuai kompetensi spesifik yang mereka miliki.
Lebih lanjut dikatakannya: “performance assessments call upon the examinee to demonstrate
specific skills and competencies, that is, to apply the skills and knowledge
they have mastered” (Stiggins, 1994:34).
Penilaian
otentik harus mampu untuk menggambarkan
sikap, keterampilan, dan
pengetahuan apa yang
sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik secara memuaskan, bagaimana
mereka menerapkan pengetahuannya dalam dunia nyata, dalam hal apa mereka sudah
atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
Atas dasar itu,
guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan
untuk materi apa pula kegiatan remedial
harus dilakukan.
D. Perbandingan
Penilaian Otentik dengan Penilaian Konvensional
Untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu, misalnya: “beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan”, dalam pandangan penilaian konvensional mengharuskan setiap
warga negara memiliki sejumlah pengetahuan dan keterampilan tertentu. Karena
itu sekolah mestilah membekali peserta didik sejumlah pengetahuan dan
keterampilan yang tersusun dalam kurikulum. Untuk mengetahui berhasil tidaknya
peserta didik mencapai tujuan tersebut, maka sekolah harus melakukan penilaian
seberapa besar peserta didik telah menguasai pengetahuan dan keterampilan
tersebut secara memuaskan atau tidak. Dengan demikian, maka penilaian
dikembangkan untuk menentukan apakah terjadi pencapaian penguasaan
pengetahuan yang tersusun
dalam kurikulum tersebut
atau tidak.
Sedangkan
penilaian otentik berangkat dari alasan praksis, bahwa untuk mencapai tujuan
tersebut, peserta didik harus mampu menampilkan sejumlah task yang bermakna di
dunia sesungguhnya. Dengan demikian maka sekolah harus mempersiapkan peserta
didiknya menjadi mahir dalam menampilkan sejumlah tugas yang akan dikuasai saat
mereka lulus kelak. Untuk
menentukan apakah berhasil
atau tidak dalam mencapai tujuan tersebut maka sekolah
meminta peserta didik menampilkan tugas-tugas bermakna yang menyerupai
tantangan dunia sesungguhnya untuk
memperoleh suatu gambaran
apakah peserta didik
mampu melakukan tugas atau
kinerja secara memuaskan.
E. Penilaian Otentik
dan Tugas Otentik
Penilaian
otentik merupakan penilaian langsung dan ukuran langsung (Mueller, 2006:1). Penilaian
otentik mengharuskan proses pembelajaran yang otentik pula, yang sering disebut
sebagai tugas-tugas otentik (authentic tasks), berupa penugasan guru kepada
peserta didik yang bertujuan untuk menilai
kemampuan mereka dalam
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
standar sesuai dengan
tantangan yang terdapat pada realitas kehidupan di luar
sekolah, yang selalu didefinisikan sebagai “... an assignment given to students
designed to assess their ability to apply
standard-driven knowledge and
skills to real-world
challenges ”.
F. Jenis-Jenis
Penilaian Otentik
Untuk
melaksanakan penilaian otentik yang baik harus menguasai jenis-jenis penilaian
otentik, yang antara lain terdiri atas:
(1) penilaian kinerja,
(2) penilaian proyek,
(3) penilaian
portofolio, dan
(4) penilaian tertulis.
BAB
III INSTRUMEN EVALUASI BENTUK TES
A . Tes Tertulis Bentuk
Uraian ( Essay )
Tes
bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian, baik
uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas. Tes bentuk uraian ini,
khususnya bentuk uraian bebas menuntut kemampuan murid untuk mengorganisasikan
dan merumuskan jawaban dengan menggunakan
kata-kata sendiri serta
dapat mengukur kecakapan murid untuk berfikir tinggi yang
biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan
yang menuntut:
- Memecahkan masalah
- Menganalisa masalah
- Membandingkan
- Menyatakan hubungan
- Menarik kesimpulan
dan sebagainya (Sutomo, 1995:80).
B. Tes Hasil Belajar
Bentuk Objektif
Tes objektif
disebut objektif karena
cara pemeriksaannya yang seragam
terhadap semua murid yang mengikuti sebuah tes. Tesobjektif juga dikenal dengan
istilah tes jawaban pendek (short answer test), dan salah satu tes hasil
belajar yang terdiri dari butir-butirsoal (items) yang dapat dijawab oleh
tester dengan jalan memilih salah satu (atau lebih), di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing masing items atau dengan
jalan menuliskan jawabannya berupa
kata-kata atau simbol-simbol
tertentu pada tempat-tempat yang disediakan
untuk masing-masing butir
yang bersangkutan. Terdapat beberapa
jenis tes bentuk
objektif, misalnya: bentuk melengkapi (completion test), pilihan
ganda (multifle chois), menjodohkan (matching), bentuk pilihan benar-salah
(true false).
C. Tes Tindakan
(Performance Test)
Tes tindakan
adalah tes yang
menuntut jawaban peserta
didik dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan di bawah
pengawasan penguji yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan
tentang kualitas hasil belajar yang dihasilkannya atau ditampikannya. Tes
tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah
selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan
menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu
pekerjaan.
Contoh tes tindakan:
Coba
tunjukkan di depan kelas bagaimana cara mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran aktif tipe jigsaw.
BAB
IV INSTRUMEN EVALUASI BENTUK NON-TES
A. Daftar Cek
Penilaian
unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya - tidak). Pada
penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai
apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai.
Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya
benar-salah, dapat diamatitidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat
nilai tengah.
B. Skala Rentang
Penilaian
unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai
penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di mana
pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih
dari satu penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil
penilaian lebih akurat.
C. Penilaian Sikap
Sikap
berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh
seseorang. Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya perilaku atau tindakan
yang diinginkan. Sikap terdiri
dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen
konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau
keyakinan seseorang mengenai objek.
Penilaian
sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut
antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.
D. Penilaian Proyek
Penilaian
proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat
digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam bidang
tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam
penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik dalam menginformasikan
subyek tertentu secara jelas.
Dalam
penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
· Kemampuan pengelolaan
Kemampuan
peserta didik dalam memilih topik dan mencari informasi serta dalam mengelola
waktu pengumpulan data dan penulisan laporan.
· Relevansi
Kesesuaian
dengan mata pelajaran, dalam hal ini mempertimbangkan tahap pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman dalam pembelajaran.
· Keaslian
Proyek
yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru pada proyek peserta didik, dalam hal ini
petunjuk atau dukungan.
E. Penilaian Produk
Penilaian
produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk dan
kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil
akhir saja tetapi juga proses pembuatannya. Penilaian produk meliputi penilaian
terhadap kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni,
seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar),
barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Pengembangan
produk meliputi 3 (tiga) tahap dan dalam setiap tahapan perlu diadakan
penilaian yaitu:
- Tahap persiapan,
meliputi: menilai kemampuan peserta didik merencanakan, menggali, dan
mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
- Tahap pembuatan
(produk), meliputi: menilai kemampuan peserta didik menyeleksi dan menggunakan
bahan, alat, dan teknik.
- Tahap penilaian
(appraisal), meliputi: menilai kemampuan peserta didik membuat produk sesuai
kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan.
Penilaian produk
biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
- Cara holistik, yaitu
berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap
appraisal.
- Cara analitik, yaitu
berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang
terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
F. Penilaian Portofolio
Penilaian
portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat berupa
karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik oleh peserta didiknya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau
bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata
pelajaran. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik
sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan
perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan
kemajuan belajar peserta didik melalui karya peserta didik, antara lain:
karangan, puisi, surat, komposisi, musik.
G. Penilaian Diri
Penilaian
diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang ingin
dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses
dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian,
yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
BAB
V PENILAIAN BERBASIS KELAS
A. Pengertian Penilaian
Berbasis Kelas
Penilaian
Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulan pelaporan, dan
penggunaan informasi tentang hasil
belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian berkelanjutan,
otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan pembelajaran di bawah kewenangan
guru di kelas. PBK mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil
belajar yang dikemukakan
melalui pernyataan yang
jelas tentang standar yang
harus dan telah
dicapai disertai dengan
peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
B. Tujuan dan Fungsi
Penilaian Berbasis Kelas
Sebagaimana
evaluasi pendidikan pada umumnya, PBK juga bertujuan untuk memberikan suatu
penghargaan atas pencapaian hasil belajar siswa
dan sekaligus sebagai
umpan balik untuk
meneguhkan dan/atau melakukan
perbaikan program dan kegiatan pembelajaran.
Secara agak terperinci
tujuan penilaian berbasis kelas pada intinya adalah untuk:
1. Memberikan informasi
mengenai kemajuan hasil
belajar siswa secara individual
dalam mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kegiatan belajar
yang dilakukannya.
2. Memberikan informasi
yang akurat guna
lebih memberdayakan kegiatan
belajar lebih lanjut, baik terhadap individu siswa masingmasing, maupun
untuk keseluruhan siswa.
3. Memberikan informasi
yang memungkinkan dapat digunakan guru dan siswa untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa dan sekaligus menetapkan tingkat kesukaran dan kemudahan dalam
melaksanakan kegiatan remedial, pendalaman dan pengayaan pengalaman belajar.
4. Memberikan dorongan
atau motivasi belajar siswa melalui pemberian informasi tentang kemajuan
belajamya dan merangsangnya untuk melakukan
perbaikan belajar.
5. Memberikan informasi
semua aspek kemajuan setiap siswa yang pada gilirannya guru dapat memberikan bantuan
bagi pertumbuhannya secara lebih efektif ke arah pengembangan kepribadian siswa
pada masa depannya.
6. Memberikan bimbingan
yang tepat dalam memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan minat,
keterampilan dan kemampuannya.
C. Keunggulan Penilaian
Berbasis Kelas
Penilaian
Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu komponen dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Penilaian ini dilaksanakan oleh guru secara variatif dan
terpadu dengan kegiatan pembelajaran di kelas, oleh karena itu disebut
penilaian berbasis kelas (PBK).
D. Prinsip-Prinsip
Penilaian Berbasis Kelas
Sebagai
bagian dari kurikulum berbasis kompetensi, pelaksanaan PBK sangat
dipengaruhi oleh berbagai
faktor dan komponen
yang ada di dalamnya. Namun demikian, guru mempunyai posisi sentral dalam
menentukan keberhasilan dan kegagalan kegiatan penilaian.
Untuk itu, dalam
pelaksanaan penilaian harus memperhatikan prinsipprinsip berikut:
1. Valid. PBK harus
mengukur obyek yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis alat ukur yang
tepat atau sahih (valid). Artinya, ada kesesuaian antara alat ukur dengan
fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Apabila alat ukur tidak memiliki
kesahihan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka data yang masuk salah sehingga
kesimpulan yang ditarik juga besar kemungkinan menjadi salah.
2. Mendidik. PBK harus
memberikan sumbangan positif pada pencapaian hasil belajar
siswa. Oleh karena
itu, PBK harus
dinyatakan dan dapat dirasakan
sebagai penghargaan untuk
memotivasi siswa yang berhasil(positive
reinforcement) dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar
bagi yang kurang berhasil (negative reinforcement), sehingga keberhasilan dan
kegagalan siswa harus tetap diapresiasi dalam penilaian.
3. Berorientasi pada
kompetensi. PBK harus menilai pencapaian kompetensi siswa yang meliputi
seperangkat pengetahuan, sikap, dan ketrampilan/nilai yang terefleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka
ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan
terarah.
4. Adil dan
obyektif. PBK harus
mempertimbangkan rasa keadilan dan
obyektivitas siswa, tanpa
membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakang budaya, dan berbagai
hal yang memberikan kontribusi pada pembelajaran. Sebab ketidakadilan dalam
penilaian, dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa, karena merasa dianaktirikan
5. Terbuka. PBK
hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan (stakeholders)
baik langsung maupun
tidak langsung, sehingga
keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihakpihak yang berkepentingan,
tanpa ada rekayasa atau sembunyisembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
6.
Berkesinambungan. PBK harus
dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan dari
waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan siswa, sehingga
kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui penilaian
7. Menyeluruh. PBK
harus dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik serta berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan
berbagai bukti hasil belajar siswa yang dapat dipertanggung-jawabkan kepada
semua pihak..
8. Bermakna. PBK
diharapkan mempunyai makna
yang signifikan bagi semua
pihak. Untuk itu,
PBK hendaknya mudah
dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Hasil penilaian hendaknya
mencerminkan gambaran yang
utuh tentang prestasi siswa
yang mengandung informasi
keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam
pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
E. Implementasi
Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian
dilakukan terhadap hasil belajar siswa berupa kompetensi sebagaimana yang
tercantum dalam kompetensi dasar, hasil belajar, dan materi pokok dari setiap
mata pelajaran. Di samping mengukur hasil belajar siswa sesuai dengan ketentuan
kompetensi setiap mata pelajaran
masing-masing kelas dalam
kurikulum nasional. Penilaian
berbasis kelas harus memperlihatkan tiga ranah yaitu: pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Ketiga ranah
ini sebaiknya dinilai
proporsional sesuai dengan
sifat mata pelajaran yang bersangkutan.
F. Bentuk Instrumen dan
Pensekoran
1. Instrumen Tes
a. Pertanyaan Lisan.
Pensekoran
pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0–10 atau 10 – 100.
b. Pilihan Ganda.
Tes
pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat
berpikir rendah, seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat
berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
c. Uraian Objektif.
Jawaban uraian objektif sudah pasti.
Uraian objektif lebih tepat digunakan
untuk bidang Ilmu
Alam, walaupun tidak
tertutup kemungkinannya untuk digunakan dalam bidang ilmu yang lain.
Agar hasil pensekorannya objektif, diperlukan pedoman pensekoran.
d. Uraian Bebas.
Uraian
bebas dicirikan dengan adanya jawaban yang bebas. Namun demikian, sebaiknya
dibuatkan kriteria pensekoran
yang jelas agar
penilaiannya objektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi. Instrumen ini
bisa dipakai untuk mengukur kompetensi dalam semua tingkat ranah kognitif.
e. Jawaban Singkat atau Isian Singkat.
Bentuk
ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik.
Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung
rendah. Tes bentuk jawaban/isian
singkat dibuat dengan
menyediakan tempat kosong
yang disediakan bagi peserta
didik untuk menuliskan
jawaban.
f. Menjodohkan.
Bentuk
ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep. Cakupan materi yang diuji bisa banyak,
namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
F. Bentuk Instrumen dan
Pensekoran
1. Instrumen Tes
a. Pertanyaan Lisan.
Pensekoran
pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0–10 atau 10 – 100.
b. Pilihan Ganda.
Tes
pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat
berpikir rendah, seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada
tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
c. Uraian Objektif.
Jawaban
uraian objektif sudah pasti. Uraian objektif lebih tepat digunakan untuk
bidang Ilmu Alam,
walaupun tidak tertutup kemungkinannya untuk digunakan dalam
bidang ilmu yang lain. Agar hasil pensekorannya objektif, diperlukan pedoman
pensekoran.
d. Uraian Bebas.
Uraian bebas dicirikan
dengan adanya jawaban yang bebas. Namun demikian, sebaiknya dibuatkan kriteria
pensekoran
yang jelas agar
penilaiannya objektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi. Instrumen ini
bisa dipakai untuk mengukur kompetensi dalam semua tingkat ranah kognitif.
e. Jawaban Singkat atau Isian Singkat.
Bentuk
ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik.
Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung
rendah. Tes bentuk jawaban/isian
singkat dibuat dengan
menyediakan tempat kosong
yang disediakan bagi peserta
didik untuk menuliskan
jawaban.
f. Menjodohkan.
Bentuk
ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep. Cakupan materi yang diuji bisa banyak,
namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
g. Portofolio.
Bentuk portofolio
merupakan kumpulan hasil
karya, tugas atau pekerjaan peserta didik yang disusun
berdasarkan urutan kategori kegiatan.
h.
Performans/Unjuk Kerja.
Bentuk
ini cocok mengukur kompetensi peserta didik dalam melakukan tugas tertentu
seperti praktik ibadah atau perilaku lainnya. Performans dalam mata pelajaran
PAI umumnya berupa praktik ibadah.
2. Instrumen
Non-tes
Instrumen
nontes seperti telah dikemukakan terdahulu, meliputi: angket, inventori
dan pengamatan. Instrumen
ini digunakan untuk menilai aspek sikap dan minat terhadap
mata pelajaran, konsep diri dan nilai.
G. Analisis Instrumen
Ada
dua model analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman
sejawat dalam rumpun keahlian yang sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi,
konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bisa
dipahami peserta didik. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
mengujicobakan instrumen yang telah dinalisis secara kualitatif kepada sejumlah
peserta didik yang memiliki krakteristik sama dengan peserta didik yang akan
diuji
dengan instrumen
tersebut.
H. Pengembangan Silabus
dan Sistem Penilaian
Silabus
dan sistem penilaian merupakan urutan penyajian bagian-bagian dari silabus dan
sistem penilaian suatu mata pelajaran. Silabus dan sistem penilaian disusun
berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Sesuai dengan
prinsip tersebut maka
silabus dan sistem
penilaian dimulai dengan identifikasi, standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok dan uraian materi pokok, pengalaman belajar, indikator,
penilaian, yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen,
serta alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat.
Langkah-langkah
dalam penyusunan silabus dan sistem penilaian meliputi tahap-tahap:
identifikasi mata pelajaran; perumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar;
penentuan materi pokok; pemilihan pengalaman
belajar; penentuan indikator;
penilaian, yang meliputi jenis tagihan,
bentuk instrumen, dan
contoh instrumen; perkiraan waktu yang
dibutuhkan; dan pemilihan
sumber/bahan/alat.
BAB
VI PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK
A. Pengukuran Ranah
Kognitif
Ranah kognitif adalah
ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Bloom mengelompokkan ranah kognitif
ke dalam enam kategori dari yang
sederhana sampai kepada yang paling kompleks dan diasumsikan bersifat hirarkis,
yang berarti tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai apabila tujuan pada
level yang rendah telah dikuasai (Sudijono, 1996:49-50). Tingkat kompetensi
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
B. Pengukuran Ranah
Afetktif
Ranah afektif
adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap
dan nilai. Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang
berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap dalam bahasa
Inggris disebut attitude. Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu
perangsang. Suatu kecenderungan
untuk bereaksi terhadap
suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Ellis mengatakan bahwa sikap
melibatkan beberapa pengetahuan tentang situasi, namun aspek yang paling
esensial dalam sikap adalah adanya perasaan atau emosi, kecenderungan
terhadap perbuatan yang
berhubungan dengan pengetahuan.
Ada
beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap (afektif)
yaitu: (1) Skala
likert, (2) Skala
pilihan ganda, (3) Skala
thurstone, (4) Skala
guttman, (5) Skala
differential, dan (6) Pengukuran minat.
C. Pengukuran Ranah
Psikomotorik
Ranah psikomosotorik menurut Dave’s
adalah: (a) imitasi,
(b) manipulasi, (c) ketepatan, (d) artikulasi, dan (e) naturalisasi.
Imitasi: mengamati dan menjadikan
perilaku orang lain
sebagai pola. Apa yang di tampilkan mungkin kualitas
rendah. Contoh: menjiplak hasil karya seni. Manipulasi: mampu menunjukkan
perilaku tertentu dengan mengikuti instruksi dan praktek. Contoh: membuat hasil
karya sendiri setelah mengikuti pelajaran, ataupun membaca mengenai hal
tersebut. Ketepatan: meningkatkan metode supaya lebih tepat. Beberapa
kekeliruan tampak jelas. Contoh: bekerja dan melakukan sesuatu kembali,
sehingga menjadi “cukup baik.”
Artikulasi:
mengkoordinasikan serangkaian
tindakan, mencapai keselarasan dan internal konsistensi. Contoh: memproduksi
film video yang menampilkan musik, drama, warna, suara dsb. Naturalisasi: telah
memiliki tingkat performanceyang tinggi sehingga menjadi alami, dalam melakukan
tidak perlu berpikir banyak. Misalkan: Michael Jordan bermain basket, Nancy
Lopez memukul bola golf. Harrow (1972) menyusun tujuan psikomotor secara hierarkhis dalam lima
tingkat sebagai berikut: (1) Meniru. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini
diharapkan peserta didik dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya,
(2) Manipulasi. Tujuan pembelajaran
pada tingkat ini menuntut
peserta didik untuk
melakukan suatu perilaku
tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru. Tetapi diberi
petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal, (3) Ketepatan Gerakan. Tujuan
pembelajaran pada level ini peserta didik mampu melakukan suatu perilaku tanpa
menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya
dengan lancar, tepat, seimbang
dan akurat, (4) Artikulasi. Tujuan pembelajaran pada
level ini peserta didik mampu menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat,
urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat, dan (5) Naturalisasi. Tujuan
pembelajaran pada tingkat ini
peserta didik mampu
melakukan gerakan tertentu secara spontan tanpa berpikir lagi
cara melakukannya dan urutannya.
Bentuk-bentuk teknik pengukuran
pada ranah psikomotorik antara
lain:
1. Daftar Cek
Pengukuran
ranah psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek
(ya - tidak).
Pada pengukuran ranah
psikomotorik yang menggunakan
daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan
tertentu dapat diamati
oleh penilai.
2. Skala Rentang
Pengukuran
ranah psikomotorik yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi
nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di
mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
BAB
VII ANALISIS INSTRUMEN PENILAIAN
A. Analisis
Logis/Rasional
Analisis logis/rasional meliputi
analisis materi, konstruksi
dan bahasa. Analisis materi dimaksudkan sebagai penelaahan yang berkaitan
dengan substansi keilmuan yang ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan
yang sesuai dengan soal. analisis konstruksi dimaksudkan sebagai penelaahan
yang umumnya berkaitan dengan teknik penulisan soal. analisis bahasa
dimaksudkan sebagai penelaahan soal yang berkaitan dengan pengunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
. Analisis Empirik
Analisis
empirik terhadap instrumen/soal dilakukan dengan melakukan menguji validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.
1. Validitas Tes
a. Pengertian Validitas
Tes
Valid
artinya sah atau tepat. Jadi tes yang valid berarti tes tersebut merupakan alat
ukur yang tepat untuk mengukur suatu objek. Berdasarkan pengertian ini,
maka validitas tes
pada dasarnya berkaitan
dengan ketepatan dan kesesuaian antara tes sebagai alat ukur dengan
objek yang diukur. Mengukur berat badan tentu tidak valid menggunakan meteran.
b. Cara-cara Menentukan
Validitas Tes
Pada
garis besarnya, cara-cara menentukan validitas tes dibedakan kepada dua, yaitu
validitas rasional/logis dan validitas empiris atau validitas berdasarkan
pengalaman.
2. Reliabilitas Tes
Menurut
arti kata reliabel berarti dapat dipercaya. Berdasarkan arti kata
tersebut, maka instrumen
yang reliabel adalah
instrumen yang hasil pengukurannya dapat dipecaya. Salah satu keriteria
instrumen yang dapat dipercaya jika instrumen tersebut digunakan secara
berulangulang, hasil pengukurannya tetap.
Cara-cara
Menentukan Reliabilitas Instrumen Secara garis besar, ada dua macam cara
menentukan reliabilitas instrumen, yaitu reliabilitas eksternal dan
reliabilitas internal.
a. Reliabilitas
Eksternal
Menguji
reliabilitas eksternal suatu tes dilakukan dengan beberapa metode diantaranya:
(1) metode paralel, (2) metode tes ulang, dan (3) metode belah dua.
b. Reliabilitas
Internal
Pada
reliabilitas internal, uji coba dilakukan hanya satu kali dan menggunakan satu
instrumen. Kemudian hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus
reliabilitas instrumen. Banyak
rumus-rumus yang dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat
reliabilitas. Akan tetapi pada
pembahasan ini diperkenalkan hanya dua buah rumus, yaitu rumus KR 21 dan rumus
Alpha.
C. Tarap Kesukaran
Soal
yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya
soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi
putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi, karena diluar
jangkauannya.
4. Daya Pembeda
Daya
pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang
pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
Angka yang menunjukkan besarnya beda pembeda disebut indeks Diskriminasi,
disingkat D.
BAB
VIII PENILAIAN ACUAN PATOKAN DAN PENILAIAN ACUAN NORMA
A. Penilaian Acuan
Patokan
Penilaian
acuan patokan (PAP) atau dikenal dengan istilah Criterion Referenced Testadalah
penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya (Slameto,
1988). Nilai-nilai yang diperoleh peserta didik dikaitkan dengan tingkat
pencapaian penguasaan (mastery) peserta didik tentang materi pengajaran sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal senada diungkapkan
Shirran (2008) menjelaskan PAP menfokuskan pada apa yang mampu dikerjakan
peserta didik dan apakah peserta didik tersebut menguasai mata pelajaran.
Untuk
mencapai tujuan PAP tersebut maka dalam hal ini Davies (1991) menjelaskan tiga
syarat yang harus dipenuhi:
1. Tepat. Tes PAP harus
sesuai dengan tujuan-tujuannya, dengan bahan pelajaran, dengan
strategi pembelajaran yang
digunakan serta dengan peserta
didik yang akan menjawabnya.
2. Efektif. Tes PAP
harus dapat melakukan tugasnya dengan baik. Ini berarti bahwa hal itu harus
dapat diandalkan (reliabel) dan sahih.
3. Praktis. Dalam
pengertian ini, tes PAP harus dapat diterima baik oleh guru maupun peserta
didik. Hal itu harus realistis dalam pembiayaan dan waktu yang digunakan dalam
pelaksanaan serta mudah digunakan dan
digunakan kembali.
B. Penilaian Acuan
Norma
Penilaian
acuan norma (PAN) atau dikenal dengan istilah Norm Referenced Testadalah
penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok. Nilai-nilai yang
diperoleh peserta didik diperbandingkan dengan nilai-nilai peserta didik
lainnya yang termasuk di dalam kelompoknya (Slameto, 1988).
C. Pengolahan Tes Acuan
Norma
Standar yang digunakan dalam PAN adlah skor rataratakelompok yang mengikuti tes, sehingga penentuannya dilakukan dengan mengolah data secara empirik. Pendidik tidak dapat menetapkan patokan terlebih dahulu seperti pada PAP. Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengolah nilai dengan menggunakan PAN sebagai berikut: (1) memberi skor mentah, (2) mencari nilai rata-rata kelompok, (3) mencari nilai simpangan baku, (4) menentukan pedoman konversi, dan (5) menentukan nilai peserta didik.
BAB
III
KEUNGGULAN BUKU
(a)
Keterkaitan Antar Bab
Dalam buku tersebut memiliki
keterkaitan antar bab yang sudah baik, karena buku tersebut pada awal bab di
jelaskan terlebih dahulu dasar-dasar dari evaluasi setelah itu baru di jelaskan
di bab berikutnya apa saja yang diperlukan saat mempelajari tentang evaluasi
belajar. Keterkaitan antar bab dakam buku ini, terlihat pada penyampaian pesan
dari bab yang satu ke bab yang lai yang berdekatan dan antarsubbab dalam bab
yang mencerminkan hubungan yang logis.
(b) Kemutakhiran
isi buku
Penggunaan
bahasa dalam buku ini sudah baik karena
bahasa yang digunakan sudah dapat menjelaskan dari sebuah diagram dengan bahasa yang mudah dipahami bagi yang
membacanya. Setiap ada bahasa asing pasti di cetak dengan huruf miring yang
bisa membedakan mana bahasa indonesianya dan yang mana bahasa asing dalam buku
ini. Dalam buku tersebut di dukung dengan diagram, grafik dan tabel.
BAB
IV
KELEMAHAN BUKU
(a)
Keterkaitan Antar Bab
Konsistensi
sistematika penyajian dalam buku ini kurang baik baik, karena ada yang beberapa
bab yang menjelaskan pengertian, tujuan, jenis-jenis, dan berinsip. Ada juga
berapa bab yang menjelaskannya hanya pengertian saja, dan juga tidak ada bagian
penutup yang berisi rangkuman atau ringkasan dalam pembahasan tiap bab.
(b) Kemutakhiran
isi buku
Bagian
isi kurang baik, karena tidak memuat rangkuman dan refleksi. Masih ada
penulisan huruf yang kurang jelas, serta
bagian sub bab yang tidak beraturan tata letaknya seperti ada yang habis judul
subbab penjelasan diletakkan di bawah judul dan ada yang pejelasannya di
letakkan di samping judul.
BAB
V
IMPLIKASI
(a) Teori/Konsep
Teori
dan konsep yang disajikan sesai dengan definisi yang berlaku dalam evaluasi
belajar. Dalam buku ini teori dan konsep dapat sebagai panduan bagi calon guru.
(b) Program
Pembangunan di Indonesia
Dalam
program pembangunan di Indonesia buku ini layak jadi panduan calon guru untuk
bagaimana cara mengevaluasi siswa agar siswa menjadi lebih baik lagi untuk
kedepannya sehingga tingkat pendidikan di indonisa bisa menjadi lebih baik
lagi. Dengan langkah-langkah yang ada di dalam buku tersebut.
(c) Analisis
Mahasiswa
Bagi
mahasiswa atau calon guru buku ini dapat mempengaruhi pola pikir bagaimana
nantinya jika mereka menjadi seorang guru, dengan cara atau langkah-langkah
yang di jelaskan dalam buku tersebut. Dengan teori-terori yang terdapat dalam
buku cara-cara penilaian yang baik digunakan agar mahasiswa mngerti bagaimana
perkembangan intelektual peserta didik nantinya.
BAB
IV
PENUTUP
(a)
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah mengkritik isi buku yang berjudul “Evalusi Pembelajaran” yaitu buku ini memiliki kelebihan dan kelemahan pada setiap isinya. Kelebihan pada buku tersebut meliputi: bahasa yang digunakan sudah baik, keterkaitan antar bab yang saling berhubugan, adanya penunjang berupa grafik, tabel dan diagram. Kelemahan buku tersebut meliputi: masih ada penulisan kata yang kurang atau tidak jelas, tidak adanya rangkuman di setiap akhir bab, dan keteraturan dalam tataletak bagian subbab.
(b)
Saran
Saran
yang saya berikan pada buku Evaluasi Pembelajaran yaitu agar di perbaiki atau
direvisi agar buku ini menjadi lebih baik lagi. Saran untuk makalah ini agar
Bapak Dosen atau bagi para pembaca bisa memberi kritik atau saran agar makalah
ini menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Asrul,
dkk. 2015. Evaluasi Pembelajaran.
Medan: Citapustaka Media
Komentar
Posting Komentar