Pengertian Output Belajar, Karakteristik dan Proses Asesmen
Pengertian Output Belajar, Karakteristik dan Proses Asesmen
A. Output
Belajar Kaitannya dengan Ranah Proses Berfikir Kognitif
Keberhasilan
tujuan pendidikan (output), sangat ditentukan oleh implementasinya (proses),
dan implementasinya sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan segala hal (input)
yang diperlukan untuk berlangsungnya implementasi. Keyakinan ini berangkat dari
kenyataan bahwa kehidupan diciptakan oleh-Nya serba sistem (utuh dan benar)
dengan catatan utuh dan benar menurut hukum-hukum ketetapan-Nya (Slamet, 2005:
1).
Benjamin
S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan)
tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain, yaitu:
1) Ranah proses berfikir (cognitive
domain), 2) Ranah nilai atau sikap (affective
domain) dan 3) Ranah keterampilan (Psyhomotor
domain) .
Dalam
konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus
dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar, yaitu: (1) Apakah
peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaranyang telah
diberikan kepada mereka? (2) Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya? (3) Apakah materi
pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara konkret dalam
praktek atau dalam kehidupan sehari-hari?
Ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam ranah
kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir (Sudijono, 2011), yakni:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan
(knowledge)
Pengetahuan
(knowledge) adalah kemampuan
seseorang untuk mengingat-ingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala,
rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
Salah satu contoh hasil belajar
pengetahuan adalah peserta didik dapat menghafal surat al-Ashr, menerjemahkan
dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran
kedisiplinan yang diberikan oleh guru pendidikan Agama Islam di sekolah.
2. Pemahaman
(comprehension)
Pemahaman
(comprehension) adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui
dan diingat.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini
misalnya peserta didik atas pertanyaan guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan
tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-Ashr secara lancar.
3. Penerapan
(application)
Penerapan
(application) adalah kesanggupan
seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya’ Salah
satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya peserta didik
mampu memikirkan tentang penerapan kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Analisis
(analysis)
Analisis
adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau
keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di
antara bagian–bagian atau faktor-faktor yang satu dnegan yang lain.
misalnya peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud
nyata dari kedisiplinan seorang siswa di rumah, di sekolah dan dalam kehidupan
sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
5. Sintesis
(synthesis)
Sintesis
adalah kemampuan berfikir yang erupakan kebalikan dari proses analisis.
Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian secara logis.
sehingga menjelma menjadi suatu pola yang terstruktur atau berbentu pola baru.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang sintesis ini adalah:
peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan
sebagaimana telah diajarkan oleh Islam.
6. Penilaian
(Evaluation)
Penilaian
(Evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk mebuat pertimbangan
terhadap suatu situasi, nilai atau ide. Salah satu contoh hasil belajar
kognitif jenjang penilaian adalah peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang
manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dn dapat
menunjukkan mudhorat atau akibat negatif
yang menimpa seseorang, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan
penilaian, bahwa edisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang wajib
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Karakteristik
Asesmen
Ciri-ciri penilaian
(asesmen) dalam pendidikan (Arikunto, 2013) adalah sebagai berikut:
1) Penilaian
dalam pendidikan dilakukan secara tidak langsung
2) Penggunaan
ukuran kuantitatif atau menggunakan
simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran
3) Penilaian
pendidikan menggunakan unit-unit atau
satuan-satuan yang tetap
4) Bersifat
relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari waktu ke waktu yang
lain
5) Dalam
penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan
C. Proses
Asesmen
Prosedur pengukuran dan
penilaian hasil beajar (Rakhmat dan Suherdi, 1999), pada dasarnya menempuhkan
langkah-langkah berikut:
(1) Menetapkan
Tujuan Penilaian
Tujuan biasanya dijadikan dasar dan
arah untuk melakukan suatu kegiatan; demikian pula halnya dalam melakukan
penilaian. Penetapan
tujuan penilaian sangat penting artinya untuk menetapkan sasaran penilai yang
ingin dicapai. Ini juga akan
membawa konsekuensni terhadap teknik dan instrumen yang digunakan.
(2) Menetapkan
jenis atau lingkup bahan ajar yang harus diukur
Pengambilan keputusan penilaian
yang tepat perlu didasarkan pada data konkret yang relevan dengan tujuan
penilaian. Dalam penilaian
hasil belajar disekolah, ita perlu menetapkan aspek-aspek perilaku yang
menggambarkan keeberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Disini kita perlu mengidentifikasi tujuan-tujuan
pembelajran yang ingin dicapai dan lingkup bahan ajar yang telah dipelajari.
(3) Menetapkan
teknik pengukuran yang digunakan
Setelah memperoleh kejelasan
tentang aspek-aspek yang perlu diukur selanjutnya perlu ditetapkan teknik apa
yang cocok digunakan untuk mendapatkan
data tersebut. Dalam
pengukuran hasil belajar disekolah, lazimnya menggunakan teknik testing. Namun hal ini pada intinya akan sangat bergantung
atas aspek perilaku yang akan dievaluasi.
(4) Mengembangkan
instrumen pengukuran
Pemilihan instrumen sangat
tergantung pada jenis bahan ajar pelajaran yang akan diukur dan teknik
pengukuran yang digunakan.
Untuk mengukur kemampuan kognitif bisa digunakan tes tertulis atau tes lisan,
untuk mengukur perlaku afektif bisa digunakan skala sikap, sedangkan untuk
mengukur aspek psikomotor bisa digunakan tes tindakn. Dalam mengembangkan instrumen, tentu saja ada
aturan-aturan yang perlu diperhatikan.
(5) Melaksanakan
pengukuran
Pelaksanaan pengukuran dilakukan
dengan menggunakan teknik dan instrumen pengukuran yang telah ditetapkan. ketertiban dan kedisiplinan dalam pelaksanaan
pengukuran perlu diperhatikan dengan baik.
Sebab, betapapun baiknya instrumen yang digunakan, kalau pelaksanaannya tidak
benar, tetap saja akan menghasilkan data yang tidak bisa dipercaya.
(6) Mengolah
dan menafsir hasil pengukuran (mengambil kesimpulan)
Agar data hasil pengukuran mempunyai
makna sesuai dengan tujuan penilaian, maka data tersebut perlu diolah dan
ditafsirkan dengan menggunakan kriteria atau standar tertentu. Dalam kegiatan ini perlu dipertimbangkan standar
yang digunakan, agar kesimpulan yang didapat tidak menyimpang dari tujuan
penilaian.
Komentar
Posting Komentar